Saturday, April 30, 2011

Kerinduan Yang Membara

Sudah genap sebulan kau pergi...
genap sebulan jugak aku merindui pelukan mu..
pelukan yang melenakan tidurku...
tak sabar rasanya menanti kepulangan mu...

kerinduan ku makin menebal...
setiap saat..setiap detik aku  teringatmu..
tidak kau juga merasainya...

waktu malam yang dingin teringat ku..
pada belaianmu..
kucupanmu...
aku inigin kebahagiaan ni terus bersama...
mungkinkah.....

kerinduan yang membara ini tidak dapat d hapus..
semakin hari semakin menebal..
ketahuilah olehmu..
pada tika dan saat ini aku amat memerlukan mu..
aku teramat merinduimu...

kepulanganmu terus ku nanti...
sekarang kita kerap berjauhan..
adakah ini adalah pengukur kerinduan ku dan mu..

semakin kerap berjauhan semakin tebal rinduku..
meronta ronta untuk d lepaskan...
jantungku bedegup laju...
fikiran sentiasa melayang...
melayang entah kemana....

setiap kali melihat wajah mu d gambar...
seperti tidak cukup utk aku yang jauh dari mu...
cepatlah kembali.....
tautkan kerinduan kita bersama..

agar ia mekar hingga keakhir nyawa ku...



Menyembuhkan Kepedihan

Tidak semua kehidupan keluarga sempurna, utuh dan langgeng. Adakalanya kenyataan pahit kehilangan orang yang kita cintai karena perceraian atau kematian terjadi tanpa bisa menghindarinya. Kehilangan sesuatu yang berarti dalam hidup kita tentunya menimbulkan kepedihan, apa lagi kehilangan seseorang yang kita cintai dan kita harapkan, bahkan seluruh hidup kita bergantung pada kehadirannya maka rasa duka yang mengiringi kepergiannya terasa amat berat dan tak terhapuskan. Setiap kenangan dan benda mengingatkan kita kepada orang yang kita cintai membuat luka hati menganga kembali dan rasa sakit menyayat, terasa begitu sangat perih. Sejauh mana kenangan itu tersimpan tergantung hubungan kita dengan orang yang pergi itu. Cinta yang mesra menimbulkan kenangan manis sedangkan hubungan yang penuh pertengkaran atau penghianatan menimbulkan kebencian yang membara dan setiap benda, tempat, orang dan masalah yang berkaitan dengan orang itu menimbulkan kenangan pahit.
Apa yang kita pernah alami entah itu baik ataupun buruk, manis ataupun pahit, tentu saja akan membuat kita menjadi teringat meski hal itu sudah berlangsung lama. Kenangan akan sesuatu adalah bagian memori kita yang cepat atau lambat akan berlalu karena perasaan apapun yang anda miliki boleh saja, bukan semata masalah itu benar atau salah. Yang jauh lebih penting adalah bagaimana menyembuhkan kedukaan dan menggunakan kenangan yang terlintas dalam pikiran anda terhadap orang yang telah meninggalkan anda untuk hal-hal yang positif dan tidak merusak diri anda sendiri. Proses kedukaan yang terjadi setelah kehilangan adalah sebagai berikut.
Pertama, Penolakan. Kita cenderung menolak untuk mengakui perpisahan, perceraian atau kematian yang terjadi pada orang yang kita cintai. 'Tidak mungkin ini terjadi pada diriku, ini tidak mengganggu saya, kami hanya berpisah tempat.
Kedua, Marah. Menyalahkan diri sendiri, orang lain bahkan menyalahkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas kejadian yang menimpa dirinya. Marah membutuhkan sasaran. Marah adalah peraaan merupakan wujud reaktif dari kekecewaan.
Ketiga, Tawar menawar. Membuat keadaan sedemikian rupa sehingga tidak perlu menghadapi atau menerima kenyataan yang ada. Misalnya merasa diri sakit atau tidak berdaya sehingga orang lain memaklumi keadaan selanjutnya. 
Keempat, depresi. Kurang tenaga untuk memulihkan keadaan, rasa bersalah, marah yang dipendam. 'Aku harus..' Dia seharusnya..' Kenapa mesti terjadi pada diriku seperti ini..'
Kelima, Menerima dengan ikhlas. Menerima dan mengakui kenyataan apa yang sebenarnya terjadi bahwa semua itu adalah ketetapan Allah yang harus dilalui dengan penuh syukur sekalipun hal itu pahit untuk dijalani dalam hidup. Sikap menerima dengan ikhlas inilah yang mampu menyembuhkan kedukaan.
Hendaknya dibedakan menerima dengan ikhlas dengan menyerah pasrah, menerima dengan ikhlas adalah menerima keadaan dengan bersedia mengakui kenyataan yang ada wujud kasih sayang Allah kepada kita, hal itu membuat kita menjadi tidak marah kepada siapapun dan apapun, mengatasi keadaan, berusaha mencari jalan keluar dari kesulitan dan hambatan yang terjadi karena kehilangan tersebut. Sedangkan menyerah pasrah adalah menerima keadaan yang terjadi dengan perasaan terpaksa, putus asa, merasa tidak berdaya dan tidak berusaha mencari jalan keluar dari kesulitan yang ada. Bersikap pasif dan masa bodoh, menerima nasib tanpa berjuang untuk memperbaikinya. 
Setelah menerima dengan ikhlas yang terpenting mendekatkan diri kepada Allah dengan berdoa. Berdoa adalah curhat kepada Allah, dengan berdoa, anda mengurai perasaan luka dihati, ketidakberdayaan, kesedihan, kekecewaan, harapan dan menyerahkan diri secara total kepadaNya. demikian beban berat yang anda rasakan akan menjadi lebih ringan. Itulah sebabnya doa sangat menolong anda untuk menyembuhkan kepedihan karena Allah yang Maha Pengasih tidak akan pernah membiarkan anda berjalan dalam kesendirian dan kesepian. 

Awan Nano

Lihat ke arah sana
Serakan warna dan berarakan awan
Pabila terik panas
Segera hadirnya memayungi diri
Pabila kau dahaga
Sesegera turun hujan melimpahkan kasihnya
Pabila kau katakan
Aku lah awan itu yang kau mahu
Begitulah awan nano setia melindungi diri
Tika panas mencuba menggores pipi dan bibirmu
Begitulah awan nano sering saja tak terduga hadir
Dan tak akan tercapai jejarimu
Kasihnya kasih tiada banding
Setia tiada tara bagaimanapun jua
Awan kekasih sebenarmu sayang
Walaupun tak akan tercapai jejarimu.. uwooo..oo
Lihat diriku ini
Yang sesekali pernah kau bagaikan awan
Sehingga tak mungkin terlupa
Berikan belas sedari dulu
Sehingga tak mungkin termampu saksi
Setitis pun air matamu kasihku
Sehingga kau katakan
Akulah awan itu yang kau rindu
Akulah awanmu yang sedia melindungi dirimu
Tika panas mencuba menggores pipi dan bibirmu
Akulah awanmu yang sering kau rindu
Dan tak terduga hadirmu walau tak tercapai jejarimu
Kasihku kasih tiada banding
Setia tiada tara bagaimanapun jua
Aku pelindung dirimu sayang
Walau pun tak akan tercapai jejarimu.. uwooo..oo
Begitulah awan nano setia melindungi diri
Tika panas mencuba menggores pipi dan bibirmu
Begitulah awan nano sering saja tak terduga hadir
Dan tak akan tercapai jejarimu
Kasihku kasih tiada banding
Setia tiada tara bagaimanapun jua
Aku pelindung dirimu sayang
Walau pun tak akan tercapai jejarimu.. uwooo..oo

Thursday, April 7, 2011

SITI KHADIJAH ISTERI RASULULLAH SAW

Demi Allah, tidak ada ganti yang lebih baik dari dia, yang beriman kepadaku saat semua orang ingkar, yang percaya kepadaku ketika semua mendustakan, yang mengorbankan semua hartanya saat semua berusaha mempertahankannya dan darinyalah aku mendapatkan keturunan.

Begitulah Rasulullah saw berkata tentang kepribadian Khadijjah, istrinya. Seorang isteri sejati, muslimah yang dengan segenap kemampuan dirinya berkorban demi kejayaan Islam.Siti Khadijah berasal dari keturunan yang terhormat, mempunyai harta kekayaan yang tidak sedikit serta terkenal sebagai wanita yang tegas dan cerdas. Bukan sekali dua kali pemuka kaum Quraisy cuba untuk mempersunting dirinya. Tetapi
pilihannya justru jatuh pada seorang pemuda yang bernama Muhammad, pemuda yang
begitu mengenal harga dirinya, yang tidak tergiur oleh kekayaan dan kecantikan.
Saidatina Khadijah RA merupakan wanita pertama beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya. Beliau banyak membantu dan memperteguhkan tekad Rasulullah SAW
melaksanakan risalah dakwah. Beliau sentiasa berusaha meringankan kepedihan hati
dan menghilangkan keletihan serta penderitaan yang dialami oleh suaminya dalam
menjalankan tugas dakwah. Inilah keistimewaan dan keutamaan Khadijah dalam
sejarah perjuangan Islam. Beliau adalah sumber kekuatan yang berada di belakang
Rasulullah SAW.
KESETIAAN YANG BERSEJARAH
Mari kita singkap kembali peristiwa yang sungguh mendebarkan jantung Rasulullah
SAW. Peristiwa itu ialah penerimaan wahyu yang pertama di Gua Hira. Sekembalinya
ke rumah, baginda berkata kepada isterinya yang tercinta, Aku berasa khuatir
terhadap diriku.
Khadijah berusaha menabahkan hati suami yang ditaatinya dengan berkata, Wahai
kekanda, demi Allah, Tuhan tidak akan mengecewakanmu kerana sesungguhnya kekanda
adalah orang yang selalu memupuk dan menjaga kekeluargaan serta sanggup memikul
tanggungjawab. Dirimu dikenali sebagai penolong kaum yang sengsara, sebagai tuan
rumah yang menyenangkan tamu, ringan tangan dalam memberi pertolongan, sentiasa
berbicara benar dan setia kepada amanah. Apakah ada wanita lain yang dapat menyambut sedemikian baik peristiwa bersejarah yang berlaku di Gua Hira seperti yang dilakukan oleh Khadijah kepada suaminya? Apa yang dikatakan oleh Khadijah kepada suaminya pada saat menghadapi peristiwa besar itu menunjukkan betapa besarnya kepercayaan dan kasih sayang seorang isteri kepada suami yang dilandasi iman yang teguh. Sedikit pun Khadijah tidak
berasa ragu-ragu atau syak di dalam hatinya. Persoalannya, dapatkah kita berlaku
demikian?  Khadijah merupakan wanita kaya dan terkenal. Beliau boleh hidup mewah dengan
hartanya sendiri. Namun semua itu dengan rela dikorbankannya untuk memudahkan
tugas-tugas suaminya. Hal ini jelas menunjukkan beliau merupakan wanita yang
mendorong kemajuan pahlawan umat manusia, melindungi pejuang terbesar dalam
sejarah dengan mewujudkan kedamaian dalam kehidupan suaminya. Sikap inilah yang
menjadi sumber kekuatan kepada Rasulullah SAW sepanjang kehidupan mereka
bersama. Oleh itu, kita perlu berdoa semoga Allah memberi kita kekuatan untuk
membantu menguatkan semangat jihad golongan lelaki yang seangkatan dengan kita.
KESETIAAN YANG MENDORONG KEGIGIHAN Mari kita teliti, fahami serta hayati beberapa gambaran kesetiaan Khadijah yang telah membina kekuatan pada diri dan kehidupan penegak risalah Islam itu. Sepanjang hidupnya bersama Rasulullah SAW, Khadijah begitu setia menyertai baginda dalam setiap peristiwa suka dan duka. Setiap kali suaminya ke Gua Hira,
beliau pasti menyiapkan semua bekalan dan keperluannya. Seandainya Rasulullah
SAW agak lama tidak pulang, beliau akan meninjau untuk memastikan keselamatan
baginda. Sekiranya baginda khusyu bermunajat, beliau tinggal di rumah dengan
sabar sehingga baginda pulang. Apabila suaminya mengadu kesusahan serta berada
dalam keadaan gelisah, beliau cuba sedaya mungkin mententeram dan
menghiburkannya sehingga suaminya benar-benar merasai ketenangan. Setiap ancaman
dan penganiayaan dihadapi bersama. Malah dalam banyak kegiatan peribadatan
Rasulullah SAW, Khadijah pasti bersama dan membantu baginda seperti menyediakan
air untuk mengambil wuduk. Kecintaan Khadijah bukanlah sekadar kecintaan kepada suami, sebaliknya yang jelas adalah berlandaskan keyakinan yang kuat tentang keesaan Allah SWT. Segala pengorbanan untuk suaminya adalah ikhlas untuk mencari keredaan Allah SWT. Allah
Maha Adil dalam memberi rahmat-Nya. Setiap amalan yang dilaksanakan dengan penuh
keikhlasan pasti mendapat ganjaran yang berkekalan. Firman Allah yang bermaksud:
Barang siapa yang mengerjakan amalan saleh, baik lelaki mahupun wanita dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan. (An-Nahl: 97)
Janji Allah itu pasti benar. Kesan kesetiaan Khadijah bukan sekadar menghasilkan
kekuatan yang mendorong kegigihan dan perjuangan Rasulullah SAW, malah membawa
barakah yang besar kepada rumah tangga mereka berdua. Anak-anak yang lahir juga
adalah anak-anak yang saleh. Keturunan zuriat ahlul-bait Rasulullah SAW
merupakan insan yang sentiasa taat melaksanakan perintah Allah SWT. Semua ini
menghasilkan kekuatan yang membantu meningkatkan perjuangan Islam.
Wahai muslimah, sekarang adalah masa untuk kita hidupkan kembali hakikat ini
dalam kehidupan kita. Semoga kekuatan Islam akan kembali mentadbir kehidupan
insan.